Program Film




BUDAYA POP DARI MASA KE MASA
Senin, 6 Februari 2012
Studio Multimedia Teknik


Pukul 13.00 WIB

Tiga Dara (1956)
Std:  Usmar Ismail
Dur: 116 menit
Pem: Chitra Dewi, Mieke Wijaya, Indriati Iskak, Rendra Karno, Fifi Young, Hassan Sanusi, Bambang Irawan, Roosilawaty
Sin:
Tiga dara, Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya) dan Nenny (Indriati Iskak), cukup bikin pusing si nenek, pengganti ibu mereka yang telah meninggal dunia. Apalagi bapak cuma sibuk dengan urusan dirinya sendiri. Di sekitar tiga gadis itu muncul Herman (Bambang Irawan), Toto (Rd Sukarno) dan Joni.


 sumber : www.filmindonesia.or.id



 Pukul 17.30 WIB

Badai Pasti Berlalu (1977)
Std: Teguh Karya
Dur: 112 menit
Pem: Christine Hakim, Roy Marten, Slamet Rahardjo
Sin:
Ini kisah tentang Siska (Christine Hakim) yang dilukai hatinya oleh sang pacar hingga jadi "gunung es". Leo (Roy Marten), mahasiswa kedokteran, yang mencoba melumerkan gunung es itu demi sebuah perlombaan, malah jatuh cinta sungguhan. Si gunung es yang sudah lumer kembali membeku ketika mengetahui bahwa usaha Leo hanya demi uang pertaruhan dengan kawan-kawannya. Apalagi dalam canda dengan teman-temannya itu, dikatakan bahwa Leo menderita diabetes, seperti Siska. Kisah jadi tambah ruwet dengan hadirnya Helmy (Slamet Rahardjo) dalam kehidupan Siska.

sumber : www.filmindonesia.or.id


Dilanjutkan dengan diskusi bersama :

Danny Irawan Yatim (Dosen Psikologi Remaja Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya)

Ekky Imanjaya (Kritikus dan Pengamat Film, Pengajar Jurusan Film di Binus International)

Denny Sakrie (Pengamat Musik, Kontributor tetap majalah TEMPO, Kompas dan Majalah Rolling Stone Indonesia)





DIRI, HARAPAN DAN ANTI KEMAPANAN
Selasa, 7 Februari 2012
Aula D


Pukul 13.00 WIB


Ali Topan Anak Jalanan (1977)
Std:  Ishaq Iskandar
Dur: 109 menit
Pem: Junaedy Salat, Yatie Octavia, Titiek Sandhora, Mieke Wijaya, Ruth Pelupessy
Sin:
Ali Topan (Junaedy Salat) mengganggu Anna Karenina (Yatie Octavia) yang kebetulan lewat bersama ibunya. Rombongan Ali Topan itu ditunjukkan bagai rombongan anak yang besar di jalanan, karena tidak mendapat kasih sayang orangtua. Asal-muasalnya: ibu yang sibuk, dan ayah yang keluar masuk hotel dengan perempuan lain dan pulang ke rumah selalu terlambat. Meski demikian, digambarkan juga bahwa Ali Topan adalah anak terpandai di kelasnya. Jadi mereka tidaklah jahat. Keluarga Anna Karenina justru sebaliknya. Orangtuanya sangat menjaga anaknya, tapi justru kebobolan. Kakaknya (Titiek Sandhora) kawin lari. Anna yang dipindah sekolah oleh orangtuanya, ketemu lagi dengan Ali yang mengganggunya. Satu kelas lagi. Ketika Anna dijahili, Ali membela. Maka tumbuhlah rasa simpati. Mereka lalu pacaran, meski ditentang keras orangtua Anna. Anna berontak.

sumber : www.filmindonesia.or.id



Pukul 16.30 WIB

Yang Muda Yang Bercinta (1977)
Std: Sjumandjaja
Dur: 127 menit
Pem: WS Rendra, Yatie Octavia, Maruli Sitompul, Sukarno M Noor, Nani Widjaja
Sin:
Sony (WS Rendra), mahasiswa dan penyair, yang belum punya penghasilan tetap hingga sangat tergantung pada ayahnya (Maruli SItompul), pensiunan pegawai negeri jujur, dan pamannya yang kaya tapi hartanya diperoleh secara tak halal (Sukarno M Noor). Kekayaan pamannya dan juga sahabatnya, sementara lingkungan pribadinya dan pacarnya, Titiek (Yatie Octavia) yang sederhana, menimbulkan masalah bagi Sony. Tampilan protes-protesnya dalam bentuk puisi. Sikap Sony yang gemar protes dan seolah tak kenal tanggung jawab, menjelujuri seluruh film. Contohnya kebalikan dari protesnya: akan beli SIM saat pamannya memberinya skuter. Sony akhirnya harus terbentur karena sikapnya ini. Pacarnya hamil.

sumber : www.filmindonesia.or.id  

Dilanjutkan dengan diskusi bersama:

Vierra Adella (Dosen Psikologi Kepribadian Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya)





MEMPERTANYAKAN MODERNITAS
Rabu, 8 Februari 2012
Aula D


Pukul 13.00 WIB

Si Doel Anak Modern (1976)
Std: Sjumandjaja
Dur: 107 menit
Pem: Benyamin S, Christine Hakim, Achmad Albar, Farouk Afero, Wahab Abdi
Sin:
Lulus sekolah di kota, si Doel hanya menganggur di kampung. Usaha penjodohan ibunya selalu ditolak. Ia sangat mencintai Nonon alias Kristin (Christine Hakim), temannya sekolah di kota, yang sudah jadi peragawati. Doel bisa merayu ibunya agar menjual tanah untuk usaha di kota. Maka ia lalu ikut usaha jual-beli mobil bersama kawannya, Sapii (Farouk Afero).
Kemudian datang juga kawan lama lain, Sinyo (Wahab Abdi), yang punya banyak istri, yang mendapat obyek besar, beli tanah, tapi ingin menggunakan uang Doel. Usaha mereka ini diberi syarat, mempertemukan Doel dengan Kristin. Mereka tak menyangka Doel sungguh-sungguh, karena itu pada awalnya mempermainkan dengan mengajari Doel jadi "modern."

sumber : www.filmindonesia.or.id



Pukul 16.30


Gengsi Dong (1980)
Std: Nawi Ismail
Dur: 121 menit
Pem: Dono, Kasino, Indro, Camelia Malik, Zainal Abidin, M.Pandji Anom
Sin:
Slamet (Dono), anak pedagang tembakau kaya, Paijo (Indro), anak pengusaha minyak, dan Sanwani (Kasino), anak pengusaha bengkel kecil, sama-sama kuliah di sebuah universitas. Mereka juga sama-sama menaksir Rita (Camelia Malik), anak dosen. Mereka sama-sama menunjukkan gengsi tinggi untuk merebut Rita.
sumber : www.filmindonesia.or.id

Dilanjutkan dengan diskusi bersama:

Indra Nurpatria (Dosen Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya)





GREEN LIFESTYLE: TREN ATAU JURU SELAMAT?
Kamis, 9 Februari 2012
Studio PKPM


Pukul 13.00 WIB

Teluk Jakarta Under Pressure
Dur: 15 menit
Sin:
Lebih dari 14.000 m3 sampah per hari masuk ke Teluk Jakarta. Dan dalam kurun waktu 3 tahun, produksi ikan turun 38% (1999-2002). Jika semua telah tercemar dan habis, apakah semua akan usai?


The Last One : Hutan Bakau Satu-Satunya di Jakarta (2009)
Std: A. Syafari
Dur: 15 menit
Sin:
Hutan Bakau di pesisir utara Jakarta terancam , berlomba nyawa dengan mal-mal, apartemen, pabrik di sepanjang pantai utara. Belum lagi sampah-sampah yang bermuara di teluk ini. Hutan bakau tersisa lebih mirip hutan sampah. Pernah membayangkan nasib Jakarta tanpa hutan bakau?


Dilanjutkan dengan diskusi bersama:


Danny Irawan Yatim (Dosen Psikologi Universitas Atmajaya, Pencinta Alam Psikologi Universitas Gadjah Mada)

Ferdinand Rachim (Staff Penggalangan Sumber Daya WALHI, Direktur Program Acara South to South Film Festival 2012) (to be confirmed)





AKSI DAN REAKSI : KALA IDOLA DAN PENGGEMAR BERTEMU
Jumat, 10 Februari 2012
Studio Multimedia Teknik


Pukul 13.00 WIB

Generasi Menolak Tua (2010)
Std: Bramantyo Hernomo
Dur: 60 menit
Sin:
Rockumentary perjalanan sebuah band oktan tinggi asal Jakarta, Seringai yang telah mengharu birukan kancah musik lokal sejak 2002.



Pukul 15.00
SURPRISE MOVIE


Pukul 17.30

Live at Djakarta Artmosphere 2010
Std: Ashari
Dur: 85 menit
Sin:
Djakarta Artmosphere adalah sebuah acara yang memfokuskan diri dengan mengkolaborasikan musisi senior dengan musisi saat ini. Tahun 2010 merupakan edisi ke-2 nya dengan menampilkan kolaborasi Navicula-God Bless, Gugun Blues Shelter-Sylvia Saartje, Leonardo-Utha Likumahuwa dan The Trees and The Wild-Mocca-Bonita and The Hus Band- Oddie Agam.

Dilanjutkan dengan diskusi bersama:
 

Harini Tunjungsari (Dosen Psikologi Seni Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya)
 

Denny Sakrie (Pengamat Musik, Kontributor tetap majalah TEMPO, Kompas dan Majalah Rolling Stone Indonesia)

David Tarigan (Founder Aksara Records, Pemimpin Pura-Pura Records, Produser Musik, Pengamat Musik)




Programmer Film : Alexander Matius, kecuali Green Lifestyle : Tren atau Juru Selamat? oleh Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) Pelangi

No comments:

Post a Comment